Thursday, 26 July 2012

pupuk persamaan galang persatuan,nyin tanoh lampung betik di angon ulun lampung helau di kicik kon

Kamis, 09 Februari 2012

Kisah Abung dan Komering

( Pakaian adat pengantin komering )


KISAH PERANG ABUNG

(dari: Iwan Mahmoed Raraumay )
diposting oleh SALIWA

Kalo masyarakat Abung saya masih agak hati-hati, karena ini bicara tentang sejarah yang agak dramatis..Bicara Abung berarti bicara perang Komering tempo dulu dengan masyarakat Abung..makanya masih banyak sebagian masyarakat komering dan Abung sering salah faham dalam menyikapi kisah perang ini..(mungkin kisah ini tidak tercatat didalam dilintasan sejarah). Orang Komering sering memandang perang ini adalah aib buat mereka..Sehingga masih banyak sebagian masyarakat Komering terutama yang pernah diserang/dijajah abung sangat tidak senang bila ada orang Abung membahas perang ini (apalagi mereka yang mengerti sejarah). Ayah saya sendiri ketika memperoleh cerita ini, sekaligus diskusi dengan orang asli Abung asli..mereka mengakui ternyata pernah terjadi perang antara masyarakat komering dengan Kerajaan Abung...jadi cerita ini betul-betul terjadi, dan ini terbukti dari cerita lisan disekitar desa Komering uLu Timur sangatlah terkenal..Orang-orang Abung Asli sendiri memandang kisah penyerbuan ke Komering ini mungkin sebagai identitas atau boleh jadi menjadi semacam kebanggaan...Nah ini yang menjadi inti masalah..keduanya tidak akan pernah bertemu..Kalo saya menyikapi kisah dengan arif sajalah..ya sudah itu bagian sejarah yang telah terjadi....Saya sendiri juga tidak terlalu memandang kisah menjadi dramatis...buat apa memelihara dendam sejarah...Justru tugas saya adalah mencari data dan fakta tentang sejarah desa kami dan skala Brak..

Dulu ketika Abung sedang jaya-jayanya, raja mereka mempunyai niat ingin menyatukan wilayah Komering.Untuk melaksanakan misi ini Raja mereka mengirim bala tentaranya keseluruh wilayah Komering..Komering hampir mereka kuasai..namun mendekati wilayah Desa Gunung Batu..mereka sempat menjajah Daerah Cempaka yang saat ini menjadi Kecamatan Wilayah desa Gunung Batu..(kurang lebih 10 Km). Didesa ini mereka berhasil menyingkirkan penguasa Cempaka dan Panglima Pasukan Abung menjadikan anak dari raja cempaka tersebut menjadi istri, sedang raja tersebut mereka penggal dan tengkorak kepala raja tersebut dijadikan bola mainan. Akibat Ulah pasukan Abung Putri raja Cempaka tersebut Tidak bicara (tapa Bisu), sampai suatu saat anaknya nangis, Putri tersebut menyuruh anaknya untuk diam sambil mengatakan bahwa tengkorak kepala raja tersebut sedang dimainkan.namun Panglima pasukan Abung mendengar perkataan tersebut, sehingga akhirnya perbuatan tersebut dihentikan.Sampai sekarang orang Cempaka sangat membenci masyarakat Abung...

Kembali kecerita Perang Abung...Sebelum melaksanakan misi penyerangan kewilayah Komering, raja abung mewanti-wanti kepada seluruh pasukannya bahwa Komering bolleh dijajah, namun ada satu desa yang tidak boleh dimasuki oleh mereka, yaitu GUNUNG BATU...karena disana ada Ratu Sahibul...pada penyerangan-penyerangan yang dilakukan, memang Abung berhasil hampir sebagian wilayah Komering...Nah mendekati wilayah Gunung Batu, ternyata kedatangan mereka sudah tercium oleh Ratu Sahibul..sehingga sebelum mereka masuk wilayah Gunung batu, ratu Sahibul sudah mendahului dengan mendatangi kedatangan mereka..terjadilah pertempuran....tidak lama kemudian Pasukan Abung terdesak, disebuah wiayah bernama Mesir Darat (sekarang Tugu Mulyo)..Sebelum mereka ketempat ini mereka harus membuat jemnbatan..Jembatan itu masih ada dan sungai yang dilewati oelh merekapun pernah saya lewati...

Perintah Raja Abung untuk tidak memasuki wilayah desa Gunung Batu pada perkembangannya ternyata tidak membuat pasukan abung mundur,mereka justru melanggar perintah rajanya, Mereka merasa yakin dengan kemampuannya karena seluruh Komering sudah hampir mereka kuasai, oleh karerna itu dengan modal keyakinan ini justru mereka berusaha untuk masuk ke wilayah desa Gunung Batu. Sebelum mereka memasuki wilayah desa Gunung Batu itu Ratu Sahibul yang mendengar wilayahnya akan dimasuki pasukan Abung segera berangkat menuju perbatasan antara desa gunung batu dan Desa Cempaka. Diperbatasan-perbatasan itu sebelumnya beliau sudah mempersiapkan berbagai jebakan-jebakan yang membuat pasukan Abung terkejut. Diperbatasan yang dipisahkan dengan Sungai yang bernama Limbungan tersebut, beliau melihat pasukan Abung sedang beristirahat dan sebagian besar tertidur karena pasukan ini kelelahan sehabis membuat jembatan penyebrangan menuju desa gunung Batu dari sebuah Pohon bungur yang besar.Jembatan tersebut akhirnya dinamakan Jamban Musuh oleh Masyarakat desa Gunung batu. Menurut ayah saya pohon itu sangat besar sekali namun tenggelam oleh dalamnya sungai limbungan dan bila sungai limbungan itu kering pohon itu baru terlihat, namun cara mereka menebang pohon cukup unik karena dilakukan dengan linggis. dan itu dilakukan oleh semua Pasukan Abung yang jumlahnya kurang lebih 500 orang.

Berdasarkan Cerita yang saya dapat, memang fisik dari pasukan Abung ini besar dan tinggi-tinggi namun kurang perhitungan dalam bertempur. Melihat mereka tertidur,ratu Sahibul dengan kemampuannya menebang pohon-pohon yang menaungi prajurit-prajurit tersebut dan akhirnya pasukan tersebut satu persatu ia bunuh. Beliau hanya menyisakan 2 orang prajurit Abung untuk hidup. itupun dengan diberi tanda disekitar kening mereka (Bagi masyarakat asli abung biasanya tanda ini masih ada).Mereka disuruh kembali pulang ke Abung dengan memberi pesan "bahwa Raja Abung ditunggu ratu Sahibul di Gunung Batu". sampai di Kerajaan Abung kedua Prajurit ini justru medapat caci maki dari raja mereka dengan kata-kata "Khan Sudah saya bilang jangan masuki gunung Batu karena disana ada Ratu Sahibul kenapa kalian masuki ?" kedua prajurit itu hanya diam. Semenjak itulah sejarah kejadian ini terekam begitu kuat dimasyarakat kami. Dulu ketika resimen 44 memasuki desa Gunung Batu karena kejaran belanda,Kebetulan mereka berlindung dirumah kakek kami yang saat itu kepala desa, keberadaan mereka dapat terlindungi, Diantara mereka justru banyak orang Abung asli seperti Alamsah Ratu Perwira Negara, brigjen Ryacudu, dll, dan mereka juga mengakui dan mengetahui peperangan Abung dengan Komering.Dan sepertinya dari peristiwa inilah budaya kekerasan didesa gunung Batu dimulai dan begitu kental aromanya. didesa ini yang namanya pemakaian senjata tajam hukumnya wajib. pembunuhan dan perampokan sepertinya sudah jamak. Ilmu-ilmu kebal,serta ilmu-ilmu kesaktian lain sudah menjadi makanan empuk warag sana. Dan desa ini terkenal dengan Sikap keras hatinya dan pantang mundur dalam mempertahankan kohormatan dan harga dirinya, mereka lebih mendahului daripada didahului dan sangat sulit untuk tunduk oleh siapapun....namun terhadap ulama dan penjahat setempat ternyata mereka lebih segan dibandingkan dengan polisi atau TNI. namun solidaritas dan kekeluargaan mereka sangat kuat sekali, kesetiaan pada pasangan juga sangat baik, jarang sekali terdengar perceraian..namun yang lebih memprihatinkan adalah bahwa desa ini bila dibandingkan dengan desa-desa lain sangat tertinggal dalam segala bidang. ya mungkin salah satunya karena sikap keras mereka yang sulit untuk diatur. Masyarakat desa-desa sekitar Gunung batu sangat mengetahui karakter orang-orang desa GUnung Batu ini. Saya sendiri yang lahir dan besar dijakarta bila berkunjung kesana selalu wajib ditemani oleh salah seorang famili. Begitu detilnya sejarah gunung Batu yang saya terima dari ayah saya ini, saya langsung buat dalam bentuk tulisan....cerita yang saya sampaikan ini cuma bagian kecil dari sejarah Desa GUnung batu dan Ratu Sahibul..sebenarnya masih banyak cerita yang lain...

Cuma bila masuk wilayah komering, mereka perlu hati-hati, karena bagi desa yg pernah mereka jajah, nama mereka kurang begitu simpatik, apalagi yg mengerti sejarah sepak terjang mereka...belum lama ini di kecamatan Cempaka saja ada beberapa orang polisi yg berasal dari abung, hampir menjadi amuk masa, karena mereka mencoba mengungkap sisi kelam sejarah desa cempaka ini. hampir saja rumah mereka dibakar, namun untungnya mereka segera langsung dikirim ke martapura OKU Timur, cerita ini saya dapat dari kakak saya yg tugas disana sbg polisi tahun lalu..
Didesa Gunung Batu sendiri, peristiwa perang Abung dan Desa Gunung Batu dinamakan "Abung lari dikejar Musuh"..

Peninggalan Pasukan Abung juga sampai saat ini masih ada didesa Cempaka berupa rantai kapal yg besar, dan batu periuk yg besar pula.ladang pembantaian juga masih ada yang dulu bernama mesir Darat (tugu mulyo) tempat tersebut bahkan tidak bisa ditumbuhi tanaman, Digunung Batu sendiri ternyata menurut orangtua saya, keberadaan orang Abung sebenarnya ada, keturunan mereka dengan dengan leluhur saya justru saling bahu membahu dalam pemerintahan desa.Keluarga besar kami tahu betul bagaimana ciri, karakter fisik orang abung asli.hanya saja prinsipnya kami tidak pernah menjadikan hal itu sebuah masalah besar..intinya yang penting jangan pernah utak utik desa gunung batu, harga diri dan kehormatan merupakan harga mati bagi masyarakat desa ini...

Dan memang sampai saat ini kami menganggap masalah sejarah tersebut cuma lintasan sejarah saja yg bisa menjadi pelajaran..toh buktinya Alamsyah Ratu Perwiranegara (mantan Menag) menaikkan kakek kami haji, Brigjen ryacudu (ayah dari Ryamizard Ryacudu) berjuang didesa Gunung batu dengan mertua kakak saya yg kini berusia 90 tahun..jadi biarlah yg lalu.., toh famili kami juga banyak yg ternyata tinggal diwilayah Abung...

Itulah sekelumit kisah Perang Abung dan Komering...kisah lengkapnya sih sudah saya bukukan untuk pribadi saja, namun satu minggu yang lalu buku itu saya pinjamkan kepenulis novel sejarah yg bernama Nasirun Purwokartun yg berasal dari Solo, kartunis yg terkenal dan punya nama di jogya dan solo..mas novan pasti tahu, buka saja FBnya...kenapa saya pinjamkan buku itu karena ternyata Ratu Sahibul itu aslinya ternyata berasal dari kerajaan Demak, nama Ratu Sahibul sendiri ternyata adalah nama aliasnya.dan Kemungkinan besar nama ini adalah muncul ketika ia tiba dan sempat berinteraksi dengan raja dan rakyat di Skala Brak...nama Ratu Sahibul sendiri menurut ayah saya mempunyai kedudukan yang cukup tinggi dimata adat, karena pemakaian nama Ratu itu setahu keluarga kami hanya khusus untuk gelar raja-raja saja.Ketika saya nikah nama itu saya angkat kembali untuk gelar Adat saya.dan sempat menjadi pembicaraan hangat warga kampung, apalagi saya besar dan tinggal dijakarta. Namun begitu tahu bahwa keluarga kami keturunan langsung dari Ratu Sahibul, semua bisa menerima.

Menurut cerita ayah saya, nama Sekala sendiri adalah nama jenis Pohon yg ada pada saat itu dan Brak adalah besar. Kami sendiri sering menyebut skala Brak dengan sebutan Sekala Borak...mungkin kalau penduduk asli skala Brak pengertiannya lain... tapi itu info yg saya dapati..

Catatan Saliwa : kisah ini saya dapat dari keturunan orang komering yaitu abang (Iwan Mahmoed Raraumay ) link FB beliau ( https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1918601606367&set=a.1918576245733.2098329.1281829679&type=3&theater#!/profile.php?id=1534762424&sk=wall ) , tidak lain tidakbukan hanya untuk berkata jujur atas apa yang dahulu terjadi, semoga ada hikmahnya yang dapat kita ambil. SALAM PERSAUDARAAN

2 komentar:

  1. Saya pernah ke desa cempaka OKU timur, kebetulan teman saya orangtuanya berasal dari sana, sewaktu jalan2 didesa tsb, sy diberitahu ada makam pangeran yg dibunuh oleh orang abung lalu kepala pangeran itu dibawa kelampung dan dijadikan bola lalu anaknya dipersunting panglima abung sama dg cerita diatas. Mungkin dari kejadian tsb maka di lampung utara ada desa cempaka yg merupakan bagian dari org sungkay, yg pernah sy dengar dari saudara saya waktu putri tsb dibawa ikut serta juga beberapa kepala keluarga menyertainya.
    BalasHapus
  2. terimakasih share nya,,
    BalasHapus

No comments:

Post a Comment